Selasa, 19 Oktober 2010

Ikhwan Ksatria


Oct 16, ’10 14:47PM

For Everyone





Kulangkahkan kakiku memasuki rumah dan tak lupa kuucapkan salam. Seperti biasa ibuku duduk di ruang tamu sambil membawa sebuah buku, sudah tentu beliau sedang membacanya. Aku pun duduk di ruang tamu sambil mengistirahatkan badanku yang telah setengah hari beraktifitas. Tiba-tiba ibu pun bercerita tentang seorang laki-laki yang kudengar tlah menikah sekitar dua minggu yang lalu. Ada apa gerangan, hingga membuat ibu menceritakannya kepadaku? Adakah sesuatu yang luar biasa pada diri ikhwan itu?


Hmmm……entahlah, ikhwan itu adalah tetangga di kompleks perumah tempat aku tinggal. Sebut saja namanya Adi, Adi yang dulu ku kenal ketika aku kecil adalah seorang cowok yang sangat biasa sekali, bahkan lumayan criminal menurutku. Adi yang suka keluyuran malem, kumpul dengan teman-teman cowok dan cewek, bahkan badannya pun penuh tato. Itu yang aku tahu dari dia, karena memang aku tidaklah dekat dengannya. Namun setelah beberapa tahun Adi menghilang dari peradaban kompleks perumahan, dia muncul dengan penampilan yang baru. Seakan-akan Adi yang kukenal dulu tlah tiada dan berganti menjadi sosok adi yang baru. Kulihat dia tak pernah absen jamaah di masjid, bahkan subuh pun dia tak pernah absen. Bajunya yang rapi dengan koko juga sarung yang cukup bersih melekat ditubuhnya, bahkan pernah kulihat dia memakai gamis ala arab. Senang rasanya melihat dia mulai merubah. Eeitsss…….jangan suudzon dulu ya, bukan apa-apa.Bukan berarti aku pernah jatuh hati dengan dia, sama sekali tidak. Hanya senang dan bahagia melihat saudara seiman mempunyai ghiroh dan hamasah untuk ber –Islam.


Lalu kembali ke pertanyaan, “kenapa Ibuku tiba-tiba cerita tentang dia”?, Ternyata Ibu baru saja mengobrol dengan Ibunya Adi yang kebetulan duduk bersebalahan di acara pamitan haji bapak ketua RT tempat aku tinggal. Ibu bercerita tentang proses ta’aruf Adi dengan istrinya sekarang yang hanya berlangsung tepat sepekan alias 7 hari.HAH???? aku pun sangat kaget, dan takjub dengan proses mereka. Subhanalloh, laa haula walaa quwwata ilaa billah….Adi mengenal istrinya ketika dia silaturahmi ke tempat temannya. Dan ketika pertama kali Adi melihat akhwat itu, ada ketertarikan mungkin. Dan langsung berlanjut via sms untuk “menyelidik”..^_^. Tepat sepekan pun, dia langsung bilang ke ibunya untuk dilamarkan kepada gadis itu. Ibunya pun sangat syok dengan apa yang dibilang anaknya. Sungguh, sesuatu yang tidak lumrah menurut orang tua sekarang, ta’aruf hanya sepekan???.


Luar biasa, salut banget buat Adi yang bener-bener seorang ksatri. Dia berani melamar seorang gadis, yang baru dikenalnya sepekan yang lalu. Aku yakin Adi mempunyai niat yang bersih, niat yang suci ketika dia melamar gadis itu. Adi bena-benar seorang yang pemberani, bukan seorang yang malu-malu tapi mau. Dan banyak sekali fenomena ikhwan dan akhwat yang saya temukan dan juga saya baca tentang cinta dua orang insan yang tak sampai di pernikahan (kasih tak sampai) gara-gara si ikhwan yang “pemalu”. Dia tak berani mengutarakan niat baiknya, hanya gara-gara minder dengan si akhwat lah, ngerasa gak sebanding lah, miskin lah, atau segudang alasan yang lain. Hmmmmm…..sementara akhwat juga malu jika harus maju duluan, hehe…ya iyalah. Tapi haruskan akhwat menjadi “bunda khodijah era millennium”??? (Nantikan pembahasan ini, Insya Alloh akan ditulis menyusul)


Kebanyakan ikhwan sekarang, juga akhwat, tidak kalah pun orang tuanya, terlalu mempertimbangkan sesuatu yang sebenernya tidak terlalu penting dalam sebuah pernikahan. Biaya pernikahan, prosesi pernikahan dan tetek bengek lainnya yang membuat ikhwan dan akhwat pun akhirnya mundur-mundur untuk melangsungkan sebuah pernikahan. Ada apa gerangan??? Haruskan pernikahan diadakan dengan pesta yang sangat megah, di gedung yang mewah, dengan dekorasi yang indah??? Pakaian pengantin yang berjuta-juta rupiah ia sewa??? Makanan ala Eropa yang lidah orang Indonesia pun tak merasakan kelezatannya???





Ikhwan dan Akhwat Filllah…..

Luruskan hati, luruskan niat

Jika niat tlah mantap, maka tetapkan azzam untuk melangkah

Alloh lah sebaik-baik penolong

Akan ada jalan kemudahan untuk sebuah niat yang lurus, suci nan agung….

Yakinlah kepada Alloh….

Ma’akum An-Najaah

Biidznillah…..

Sindet, pegunungan kapur yang penuh kenangan (Baity Jannaty)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar