Jumat, 01 April 2011

Agar Cinta Bersemi Indah Part # 1#

Sangat terkesan ketika mendengar khutbah dari Ust. Muhammad Fauzil Adzim sehingga tertarik untuk menuliskannya .....

Selamat membaca, semoga bermanfaat ^_^


Assalamu’alaikum.Wr.wb

Alloh menyebutkan pernikahan sebagai mitsaaqon gholiidho, perjanjian yang sangaaat berat. Hanya 3 kali istilah ini dipergunakan dalam al qur’an, yakni untuk menyebutkan perjanjian dengan bani isroil yang untuk itu Alloh mengangkat bukit tursina, serta berjanjian Alloh dengan ulul azmi, nabi-nabi pilihan diantara para nabi, begitu beratnya perjanjian sehingga nabi mewasiatkan kepada kita disaat-saat terakhir hidupnya agar memperhatikan amanah ini.


Rasulululloh SAW bersabda, pada khutbah haji wada’ :

Kata nabi, “ Wahai manusia …sesungguhnya istri kalian mempunyai hak atas kalian sebagaimana kalian mempunyai hak atas mereka, hak kalian atas mereka aialah mereka para istri tidak boleh mengijinkan orang yang tidak kalian senangi masuk kerumah kecuali dengan ijin kalian. Terlarang bagi meraka melakukan kekejian jika mereka berbuat keji boleh akalian menahan mereka dan menjauhi tempat tidur mereka, serta memukul mereka dengan pukulan yang tidak melukai mereka. Jika mereka taat maka kewajiban kalian adalah menjamin rezeki dan pakaian mereka sebaik-baiknya. Ketahuilah kalian mengambil wanita itu sebagai amanah Alloh, dan kalian halalkan kehormatan mereka terhadap Alloh takutlah kppd Alloh dalam mengurus istri kalian. Aku wasiatkan kalian untuk selalu berbuat baik.


Mari kita ingat baik-baik pesan terakhir Rasululloh dalam khutbah ini. Aku wasiatkan kalian untuk selalu berbuat baik.

Ya ya ya berbuat baik !


Kita memperlakukan mereka dengan tutur kata dan sikap yang baik, jangankan berperilaku untuk berbicara istri kita saja Alloh mengingatkan agar berbicara dengan qoulan ma’ruufa( Perkataan yang baik). Perkataan yang baik itu kita kemukakan juga dengan cara yang baik. Yaquululati hiya ahsan, sehingga tidak ada perselisihan di antara kita. Sesungguhnya setan menyukai perselisihan sedangkan Alloh menuntun kita kepada kedamaian. Lalu bagaimanakah berbicara yang baik dan dengan isi yang baik pula ?Bagaimanakah cara kita berbicara dengan qoulan ma’rufa sekaligus dengan cara yang ahsan?Wallohu a’lam bisshowab


Agaknya bercerita lebih mudah saya lakukan daripada menerangkan. Marilah kita ingat sepenggal kehidupan rumah tangga Rasululloh SAW dengan aisyah ra, dari yang paling kecil. Rasulululloh biasa memanggil istrinya dengan sebutan-sebutan yang romantis, ya Khumairo …wahai yang pipinya merah jambu. Kadang rasululloh memanggil istrinya dengan sebutan manjaa, Ya Aish…atau panggilan Ya Ummu Abdulloh, yang membuat aisyah lebih percaya diri. Rasululloh SAW pun terkadang memanggil istrinya dengan nama lengkap, tapi tidak pernah menyebut dengan cara yang kasar, dan membuat istri merasa tidak dihargai. Perlakuan yang amat baik itu lah yang menyebabkan seorang aisyah tidak menahan haru ketika ditanya tentang perilaku Rasululloh SAW, yang paling berkesan baginya ketika itu aisyah menangis, menahan air matanya lalu berkata, “Kaana kullu amrihi ‘ajaba” Ah..semua perilakunya menakjubkan bagiku. Ya…Kaana kullu amrihi ‘ajaba”. Kemudian aisyah baru bercerita sambil menahan tangis haru yang memenuhi dada. Suatu malam dia berbaring denganku hingga kulitnya saling bersentuhan denganku, kemudian ia berkata,” Ya Aisyah…ijinkanlah aku untuk menghadap Tuhanku”. Kaka aku berkata, “Demi Alloh…sesungguhnya aku senang sekali berada disisimu tapi aku juga senang apabila kalau engkau menyembah Tuhanmu.


Saudara-saudaraku kau dengarkah kata-kata Nabimu untuk melakukan sholat malam saja, ia meminta ijin dengan istrinya. Itu bukan berarti untuk melakukan sholat atau ibadah-ibadah yang lain kita harus memperoleh surat ijin kepada istri, tidak ! Tetapi inilah penghormatan yang sangat agung dari seorang suami yang sangat agung akhlaknya dan sangat luhur penghormatannya terhadap istrinya yang tercinta, aisyah.


Di dalam keluarganya terhimpun kemesraan, kesetiaan, kelembutan, kasih sayang dan penghormatan yang besar. Ya Ya Ya…inilah nabi yang kelembutan akhlaknya mengalahkan kemarahannya. Dialah laki-laki yang ketegasannya membuat para sahabat tidak berani memlintir hukum, yang keberaniannya membuat para musuh surut langkah , dan kata-katanya meluluhkan jiwa. Dia lembut kepada anak cucunya, dia juga amaaat lembut dengan para istrinya, dia pernah berkata, “ Maa iqroomannisaa a illa kariimun, wa maa ahaannahunna illa laiimun” ( Tidak memuliakan wanita kecuali laki-laki yang mulia, dan tidak merendahkan wanita kecuali laki-laki yang rendah juga)


Bagaimana penjelasan tentang hadist tersebut, nantikan kelanjutannya di Agar Cinta Bersemi Indah Part 2


Bersambung ….^_^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar