Selasa, 02 Maret 2010

Tentang Saya PArt I

Masa Kecil

Seorang yang pemalu dan cengeng, melewati masa kecilnya seperti anak-anak biasa. Pada umumnya Mengisi hari-harinya dengan bermain,dan belajar membaca Al-Qur’an di TPA yang kebetulan masjid berada sekitar 100 meter dari rumahnya. Ibu yang senantiasa menemaniku untuk belajar apapun.Ayahku adalah seorang Arsitek yang bekerja di perusahaan swasta milik orang china. Ibuku adalah seorang sarjana di salah satu Universitas Negeri di Yogyakarta. Dari keluarga Ayah ibu pun mempunyai baground agama yang biasa-biasa saja. Ayah Ibu pun biasa-biasa saja, melewati masa mudanya seperti anak-anak muda pada umumnya(aku sendiri pun tahu masa muda beliau karena mereka bercerita kapadaku). Namun di mataku , Ayah Ibu adalah orang tua yang sedikit keras dalam mendidik anak-anaknya apalagi untuk urusan agama. Terlebih ibu, beliau sangat kenceng dalam mengopyak-opyak anak-anaknya untuk selalu shalat di masjid. Namun alhamdulillah untuk shalat dan belajar Ibu jarang sekali menyuruhku, sebelum di suruh akupun sudah berangkat duluan….beda dengan kakak, yang mempunyai banyak teman dan suka bermain bahkan sangat ahli dalam semua jenis permainan tradisional. Entah kenapa aku sangat tidak menyukai permainan tradisional, dan kalopun bermain pasti kalah di banding teman-temannya. Hari-harinya di lewati bermain dengan seorang gadis kecil yang usianya 1 tahun di bawahku, yang waktu itu sudah pintar membaca, dan akupun sangat bersemangat untuk belajar dengannya….

Masa SD

Awal-awal masuk SD, sungguh ada sesuatu yang beda di hati. Seperti merasa bahwa aku tu sudah besar…bukan TK lagi. Melewati hari-harinya pun biasa-biasa saja….tidak mendapatkan prestasi yang luar biasa,biasa-biasa saja. Masuk kelas 3, entah kenapa ada suatu dorongan yang luar biasa yang membuatku rajin untuk belajar, dan akhirnya bisa mendapatkan juara. Awal tahun 1997 yang sedang ramai-ramainya demonstrasi masa pemerintahan Soeharto, keadaan yang mengharuskan untuk berpindah rumah ke daerah yang sangat terpencil di Jogja Selatan karena factor ekonomi. Dan ketika pindah sekolah dan bersosialisasi dengan teman-teman baruku, ada sesuatu yang berbeda yang aku dapatkan, bahkan tidak hanya teman-temanku tapi sekolah dan guru-gurunya pun berbeda. Saat itu pun aku tidak tau apa yang beda, lambat laun aku bisa menemukan..yaitu sebuah semangat.Yah…aku tidak mendapatkan sebuah semangat dan motivasi untuk belajar dan berkompetisi, namun anehnya aku tidak rajin belajar pun aku sudah meraih juara.Sesuatu yang aneh…itu karena anak-anak yang berbeda dengan teman-temanku dulu. Untuk mendapatkan juara saja harus belajar sampai berdarah-darah. Hari-hari demi hari, bulan demi bulan tak terasa telah 1 tahun aku belajar dengan mereka. Aku mendapatkan teman-teman yang berbeda, karena kelas di Rolling. Lumayan smart-smart, dan ketika penerimaan raport pun 10 besar saja tidak dapat. Sungguh pengalaman yang pehit menurutku, aku merasa kalah set denga teman-temanku. Lalu aku putuskan untuk mengikuti bimbingan belajar yang jaraknya dekat dengan sekolah. Nah…di tahun inilah aku mendapatkan sebuah ledakan yang luar biasa. Sebuah optimisme untuk menatap masa depan yang cerah, seorang pemuda yang mungkin 15 tahun di atasku yang dapat merubah hidupku jadi lebih hidup, yah tentunya semuanya karena Allah melewati beliau. Guru lez, sekaligus orang tua, kakak yang mampu memberikan sebuah motivasi untuk berprestasi dunia akhirat. Dan akhirnya aku bisa mendapatkan gelar siswa teladan pada akhir kelas 6. Semuanya seakan-akan berubah, aku yang pemalu, cengeng berubah jadi seorang gadis kecil yang optimis dan percaya diri. Semuanya berubah…ibadahnya, kepekaan social, kepatuhan dan kebaktian dengan orang tua melejit….beliaulah yang menurutku punya kekuatan untuk dapat merubah anak didiknya. Tapi sangat disayangkan aku mendapatkan pengalaman ini bukan dari ibu guru di sekolah namun dari guru lez, banyak hal yang dapat aku pelajari dari beliau khususnya “profil seorang guru yang mendidik, menyenangkan dan bersahabat”.
Masa SMP
Alhamdulillah aku di terima di sebuah sekolahan pinggiran kota yang termasuk favorit, semuanya berbeda. Semua anak-anaknya pintar-pintar semua, tingkat kompetisi sangat tinggi. Guru-gurunya sanagt berbeda dengan asal sekolahku di desa. Aku merasakan bahwa aku paling tidak bisa sendiri, aku merasa belajar itu dengan berlari bahkan sampai terseok-terseok, selama 3 tahun pun tidak pernah satu kali saja aku mendapatkan 10 besar, paling 15 besar. Dan mentalku kembali seperti dulu…namun ada satu titik yang menurutku meningkat, yaitu dari segi religi. Sudah aku azzamkan di hati sejak pertengahan kelas 6 sd, aku janji hari pertama aku masuk sekolah aku harus memakai jilbab. Namun niat tersebut bisa terealiasi ketika hari kedua masuk sekolah, tepatnya kalau tidak salah selasa 22 Juli 2001. Walaupun masih sangat minim, jilbab kecil dan celana panjang membungkus tubuh mungilku. Namun itu membuat hatiku sedikit lebih tenang. Tidak ada satupun orang yang bertanya tentang kenapa saya memakai jilbab. Semangat belajar agamaku tumbuh ketika aku duduk di kelas 2 SMP, Ibu memberikan fasilitas kepada aku dan kakakku untuk berlangganan majalah remaja Islam “Annida” yang cukup memberikan aku dan kakakku pengetahuan yang baru termasuk dalam hal “pacaran dalam Islam”. Aku pun sedikit demi sedikit mulai paham tentang Islam. Sering aku sharing dan diskusi dengan teman-temanku sekelas, dan akupun sering di panggil dengan sebutan “ustdzah” oleh teman-temanku. Mungkin karena aku sering memberikan masukan-masukan dan ilmu-ilmu tentang Islam. Perjalanan mencari Hidayah tidak sampai disini. Hal ini semakin menggebu-nggebu ketika aku memasuki masa SMA.

Masa SMA

Setamat SMP, Alhamdulillah mentakdirkanku untuk belajar di sebuah sekolah yang tak jauh dari SMPku, walaupun awalnya sempat kecewa karena tidak diterima di SMA Teladan, tapi toh ini semuanya sudah yang terbaik. Dan ternyata benar, Allah adalah Dzat yang Maha mengetahui hambaNya. Ketika pertama kali melangkahkan kaki ke sana ada suasana yang berbeda, nilai agamanya terasa sekali, banyak sekali slogan-slogan yang membuatku terpana, karena aku tidak menemukannya di sekolahku dulu. Slogan 5 S “ Senyum, Sapa,Salam, Sopan, “ dan juga “Sudahkah Anda Sholat” membuat sedikit berpikir wah…Subhanallah. Di sana pulalah, aku menemukan makhluk-makhluk yang membuatku terpana. Dan penasaran dengan mereka. Ternyata mereka adalah mbak-mbak rohis yang waktu itu membuatku takjub. Aku mulai mengikuti aktifitas rohis, dan sering bergabung dengan komunitas rohis. Bermula dari rutin mengikuti kajian keakhwatan, dan kegiatan-kegiatan lainnya. Akupun dipilih menjadi Kadiv. Keakhwatan. Dan terus mengikuti kajian-kajian pekanan yang lebih intensif. Ternyata semangatku untuk menimba ilmu mu semakin membuncah, dan melebihi teman-teman sebayaku. Dan akhirnya akupun dipindah untuk mengikuti kajian pekanan di luar sekolah. Aku pun mendapati teman-teman yang berbeda sekolah denganku, dari SMA paling utara sampai selatan ada. Dari situ pulalah, kami terus mengkaji ilmu Islam. Dan itu pun belum mampu membuatku puas, aku pun di rekomendasikan untuk mengikuti TTS (Tarbiyah Tsaqofah Sleman) di Masjid Mardhiyah ketika aku kelas 1 SMA, padahal kebanyakan peserta TTS adalah mahasiswa. Namun karena kondisi rumah yang jauh, dan sering pulang telat maka aku gugur dari menuntut ilmu. Lalu aku pun terus mencari sebuah komunitas untuk belajar ilmu-ilmu syar’i. Dan Alhamdulillah akupun mendapatkannya, yaitu di sebuah rumah kecil yang terletak di daerah pasar telo. Aku belajar hadis, tauhid, lughoh, dan tahsin. Perfomance peserta disana kebanyakan adalah orang-orang yang menyebutkan dirinya salafy. Namun akupun tidak kaget ataupun merasa aneh, karena ayahku pun pernah bekerja di sebuah pondok pesantren yang cukup besar di piyungan, di bagian pembangunan masjid dan pondok pesantren. Pernah juga di tugaskan sampai Maluku, Jakarta, Bekasi, dan Lampung. Hal itu yang membuatku akrab dengan mereka, karena pernah 1 minggu aku mengikuti dauroh ramadhan di pondok jamilurrahman ketika duduk di kelas 1 SMP, walaupun hanya bertahan 1 pekan saja disana.
Aktifitas dakwahpun semakin padat, banyak sekali agenda yang tertulis di buku agendaku. Dan inilah saat aku kehilangan keseimbangan untuk tawazun antara aktifitas dakwah, sekolah, dan menuntut ilmu syar’i. Aku mencoba untuk menyelesaikan masalah ini namun, ternyata akupun harus meninggalkan salah satu dari itu. Bersamaan dengan kakak perempuan yang mempunyai masalah dalam kehidupan dan keluarganya, akhirnya dia harus menuntut ilmu di pondok pesantren jamilurrahman. Inilah saatnya kami sekeluargapun mendapatkan mutiara yang sangat luar biasa. Kakakku mengalami perubahan yang sangat drastic, dan itupun yang membuatku dan keluargaku penasaran. Ada apa disana???, akupun sering mengikuti kajian dan membaca kitab tentang tauhid, ushul tsalatsah, dan buku-buku terjemah lainnya. Sedikit demi sedikit kami sekeluargapun berhijrah untuk lebih mempelajari tentang tauhid. Dan itulah yang membuat keluarga kami merasakan kehidupan yang jauh lebih tenang dari pada sebelumnya. SMA kelas 3 aku menemui kebingungan yang sangat, harus kemanakah aku melanjutkan studi. Akhirnya aku mengikuti tes UM UGM, dan diterima di salah satu fakultas di UGM. Namun apalah daya, semua orang di keluargaku tidak ada yang mendukungku untuk melanjutkan studi di Universitas favorit di Jogja. Mereka semua menolak, dan menyarankanku untuk melanjutkan ke Ma’had Ali bin Abi Thalib, dengan alasan karena sejak kecil aku tidak pernah tersentuh dengan nuansa agama. Akhirnya aku pun istikhoroh, istikhoroh pertama aku masih mantap untuk meneruskan ke UGM, istikhoroh kedua aku mulai bimbang antara UGM dan Ma’had Ali, dan istikhoroh yang ketiga aku mulai mantap untuk meneruskan ke Ma’had Ali. Dan akhirnya aku pun meneruskan untuk ke Ma’had ali, dan ternyata semua itu adalah yang terbaik buat saya, hari demi hari aku lalui untuk bertholabul ‘ilmi di sana. Awalnya aku merasakan sesuatu yang berbeda sepertinya berat sekali, aku merasa kitab-kitabnya terasa asing bagiku.


To be Continued....
PERJUANGAN BELUM BERAKHIR…^-^

2 komentar:

  1. maaf ya...belum selesai...malez nulis..lagi banyak tugas kuliah

    BalasHapus
  2. keep spirit

    و الله مع من يجاهد فى سبيله

    BalasHapus