Kamis, 20 Januari 2011

Sebuah Visi Pernikahan

Ngobrol-ngobrol tentang dunia pernikahan asyik juga ternyata, wkwkwk….biasanya kalo di kos, aku suka banget diskusi tentang hal-hal yang berbau pernikahan ( haghaghag, ketahuan……). Kami berdiskusi tentang VISI dari sebuah pernikahan. Berawal dari sebuah pertanyaan, apa yang terbayang di benak kamu kalo kamu dipersunting seorang pria ? wkwkwk….





Ketika mencoba berkaca kepada Rasululloh, maka kita akan menemukan bahwa pernikahan itu mempunyai misi yang mulia, bukan hanya membangun sebuah keluarga yang islami. (makanya harus di deskripsikan dulu keluarga yang Islami tu kaya’ apa)


Beliau mempunyai misi tersendiri ketika akan mempersunting seorang perempuan. Contoh ketika mempersunting Aisyah dan Hafshoh .Keduanya adalah putri-putri dari Abu Bakar dan Umar bin Khattab. Beliau mempersunting kedua wanita itu untuk tujuan mempererat tali persaudaraan dengan orang-orang yang telah membantu beliau dalam perjuangan dakwah.


Atau saat Rasulullah menikahi Zainab binti Jahsy. Pernikahan ini, yang perintahnya langsung dari Allah SWT ini dilakukan untuk menghapuskan sebuah tradisi di kalangan masyarakat Arab pada waktu itu, yaitu pemalsuan keturunan.


Atau saat Rasulullah menikahi Juwairiyah binti Harits. Beliau menikahi wanita itu untuk memberikan contoh kepada kaum Muslim tentang kebajikan dan pertolongan yang patut diberikan kepada kabilah-kabilah yang telah tunduk sepenuhnya pada pemerintahan Islam pada waktu itu.

Selalu ada misi-misi dakwah yang jelas dan riil dalam setiap pernikahan nabi.

Bagaimana dengan kaum Muslim?


So, menurutku ketika kita akan menikah alangkah baiknya jika kita mengetahui potensi dari calon suami atau istri kita terlebih dulu, agar dapat memanfaatkan potensinya untuk “kepentingan dakwah Islam”. Misal kita melihat potensi calon suami kita adalah seorang MILYADER, nah mari kita melihat bahwa ke-MILYADERAN-an itu sebagai sebuah potensi untuk membangun keluarga dakwah. Karena ketika kita tahu potensi dari calon pasangan kita, maka kita sudah dapat membayangkan, oooo…ke-milyaderan-an itu akan aku maksimalkan untuk begini begini dan begini.



Jadi ketika kita berbicara tentang keluarga-dakwah, keluarga –Islami alangkah baiknya dibicarakan sebelum ijab qabul di kumandangkan.


Kan akan sangat oke kalau misal ada seorang ikhwan (karena ane seorang akhwat..hihi) datang melamar kita dan mengatakan bahwa, Aku merasa harus mempersunting kamu, karena kamu adalah seorang ustadzah. Dengan beristri seorang ustadzah maka keluarga kita akan begini begini dan begini. Karena kamu begini begini dan begini maka keluarga kita akan begini begini dan begini (tentu saja begini nya itu untuk konteks memperjuangkan saudara-saudara kita alias untuk perjuangan dakwah Islam)




So, bagi temen-temen akhwat apalagi yang bergelar “AKTIPIS” kalau ada yang “datang” jangan cuma dilihat, oh dia kesehariannya baik, sholih, punya kemimpinan yang oke, selalu menjaga hatinya, kita jangan hanya mendasarkan kesiapan-kesiapan semu belaka. Tapi tanyakan aja, “ kenapa kamu milih aku jadi istri kamu, emang apa keuntungannya untuk agama kita kalo aku jadi istri kamu?” (tanyanya baik-baik lho, jangan seperti dosen menguji mahasiswanya ketika ujian skripsi, wkwkwkw)

Dengarkan baik-baik jawaban ikhwan itu, dari jawabannya kita bisa melihat sevisioner apakah dia untuk menegakkan dienul Islam di muka bumi ini.


Haghaghag

Aku ngomong kaya gini, kaya dah berpengalaman aja…

Anggap aja sebuah pemikiran dari sang bujangwati yang baik hati

Hahahaha……



Serut, 19 Januari 2010

Selesai ketika perutku mulai miscall

Tidak ada komentar:

Posting Komentar